Senin, 29 April 2013

Berpikir Deduktif

Berpikir
1.        Pengertian Berpikir
Berpikir merupakan ciri utama bagi manusia yang membedakan antara manusia dengan mahluk lain. Dengan dasar berpikir ini, manusia dapat mengubah keadaan alam sejauh akan dapat memikirkannya (Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM 2007 : 97). Dengan berpikir manusia dapat menaklukan semua yang ada disekitarnya dengan mengembangkan dan membentuk kebudayaan. Kemampuan berpikir yang baik didukung dengan kemampuan langkah-langkah ilmiah dalam memperoleh hasil yang optimal.
Berpikir untuk mencari kebenaran hakiki, Secara garis besarnya dapat dibedakan menjadi 2 macam berpikir yaitu berpikir alamiah dan berpikir ilmiah. Berpikir alamiah adalah pola penalaran yang berdasarkan kebiasaan sehari-hari dari pengaruh alam sekelilingnya, misal tentang panasnya api yang dapat membakar. Berpikir ilmiah adalah pola penalaran berdasarkan sarana tertentu secara teratur dan cermat (Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM 2007 : 97).
2.        Berpikir Deduktif
Deduksi berasal dari bahasa Inggris deduction yang berarti penarikan kesimpulan dari keadaan-keadaan yang umum, menemukan yang khusus dari yang umum. Deduksi adalah cara berpikir yang di tangkap atau di ambil dari pernyataan yang bersifat umum lalu ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir yang dinamakan silogismus.
Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
3.        Silogisme
Silogisme termasuk dalam penalaran deduktif. Deduktif merupakan salah satu teknik untuk mengambil simpulan dalam sebuah karangan. Berdasarkan bentuknya, silogisme terdiri dari :
3.1       Silogisme Kategorial
Silogisme kategorial adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan kategorial. Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan menjadi premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor ( premis yang termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan di antara kedua premis tersebut adalah term penengah (middle term).
Hukum-hukum Silogisme Katagorik :
·         Apabila salah satu premis bersifat partikular, maka kesimpulan harus partikular juga.
·         Apabila salah satu premis bersifat negatif, maka kesimpulannya harus negatif juga.
·         Apabila kedua premis bersifat partikular, maka tidak sah diambil kesimpulan
·         Apabila kedua premis bersifat negatif, maka tidak akan sah diambil kesimpulan. Hal ini dikarenakan tidak ada mata rantai yang menhhubungkan kedua proposisi premisnya. Kesimpulan dapat diambil jika salah satu premisnya positif
·         Apabila term penengah dari suatu premis tidak tentu, maka tidak akan sah diambil kesimpulan. Contoh; semua ikan berdarah dingin. Binatang ini berdarah dingin. Maka, binatang ini adalah ikan? Mungkin saja binatang melata.
·         Term-predikat dalam kesimpulan harus konsisten dengan term redikat yang ada pada premisnya. Apabila tidak konsisten, maka kesimpulannya akan salah
·         Term penengah harus bermakna sama, baik dalam premis mayor maupun premis minor. Bila term penengah bermakna ganda kesimpulan menjadi lain
·         Silogisme harus terdiri tiga term, yaitu term subjek, predikat, dan term, tidak bisa diturunkan konklsinya
Contoh silogisme kategorial :
     Semua yang halal dimakan menyehatkan (mayor).
     Sebagian makanan tidak menyehatkan (minor).
Sebagian makanan tidak halal dimakan (konklusi).
3.2       Silogisme Hipotetik
Silogisme hipotetik adalah argumen yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik, sedangkan premis minornya adalah proposisi katagorik. Hukum-hukum Silogisme Hipotetik Mengambil konklusi dari silogisme hipotetik jauh lebih mudah dibanding dengan silogisme kategorik. Tetapi yang penting menentukan kebenaran konklusinya bila premis-premisnya merupakan pernyataan yang benar. Bila antecedent kita lambangkan dengan A dan konsekuen dengan B, maka hukum silogisme hipotetik adalah:
·         Bila A terlaksana maka B juga terlaksana.
·         Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana. (tidak sah = salah)
·         Bila B terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah = salah)
·         Bila B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana.
Ada 4 (empat) macam tipe silogisme hipotetik:
·         Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian antecedent.
Contoh:
     Jika hujan saya naik becak.(mayor)
     Sekarang hujan.(minor)
Saya naik becak (konklusi).
·         Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian konsekuennya.
Contoh:
     Jika hujan, bumi akan basah (mayor).
     Sekarang bumi telah basah (minor).
Hujan telah turun (konklusi)
·         Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari antecedent.
Contoh:
     Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka kegelisahan akan timbul.
     Politik pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa.
Kegelisahan tidak akan timbul.
·         Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian konsekuennya.
Contoh:
     Bila mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah.
     Pihak penguasa tidak gelisah.
Mahasiswa tidak turun ke jalanan.
3.3       Silogisme Alternatif
Silogisme alternatif adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Kesimpulannya akan menolak alternatif yang lain. Contoh:
     Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.
     Nenek Sumi berada di Bandung.
Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.
3.4       Silogisme Disjungtif
Silogisme disjungtif adalah silogisme yang premis mayornya merupakan keputusan disyungtif sedangkan premis minornya bersifat kategorik yang mengakui atau mengingkari salah satu alternatif yang disebut oleh premis mayor. Seperti pada silogisme hipotetik istilah premis mayor dan premis minor adalah secara analog bukan yang semestinya. Silogisme ini ada dua macam yaitu:
·         Silogisme disjungtif dalam arti sempit
Silogisme disjungtif dalam arti sempit berarti mayornya mempunyai alternatif kontradiktif.
Contoh:
     Heri jujur atau berbohong.(premis1)
     Ternyata Heri berbohong.(premis2)
Ia tidak jujur (konklusi).Silogisme disjungtif dalam arti luas
·         Silogisme disjungtif dalam arti luas
Silogisme disjungtif dalam arti luas berarti premis mayornya mempunyai alternatif bukan kontradiktif.
Contoh:
     Hasan di rumah atau di pasar.(premis1)
     Ternyata tidak di rumah.(premis2)
Hasan di pasar (konklusi).
Hukum-hukum Silogisme Disjungtif
·         Silogisme disjungtif dalam arti sempit, konklusi yang dihasilkan selalu benar, apabila prosedur penyimpulannya valid.
Contoh:
     Hasan berbaju putih atau tidak putih.
     Ternyata Hasan berbaju putih.
Hasan bukan tidak berbaju putih.
·         Silogisme disjungtif dalam arti luas, kebenaran konklusinya adalah
a.       Bila premis minor mengakui salah satu alternatif, maka konklusinya sah (benar).
Contoh:
     Budi menjadi guru atau pelaut.
     Budi adalah guru.
Maka Budi bukan pelaut.
b.      Bila premis minor mengingkari salah satu alternatif, maka konklusinya tidak sah (salah).
Contoh:
     Penjahat itu lari ke Solo atau ke Yogyakarta.
     Ternyata tidak lari ke Yogyakarta.
Dia lari ke Solo?
3.5       Entimem
Entimem adalah silogisme yang diperpendek. Entimem tidak peerlu menyebutkan premis umum, tetapi langsung mengetengahkan simpulan dengan premis khusus yang menjadi penyebabnya.
Rumus entimem : C = B, Karena C = A
Contoh :
Silogisme :
PU     : Pegawai yang baik tidak mau menerima suap.
PK     : Ali pegawai yang baik.
S        : Ali tidak mau menerima suap.
Entimem
Ali tidak mau menerima suap, karena ia pegawai yang baik.
Penjelasan:
C  = Ali ;ia
B  = tidak mau menerima suap
A  = pegawai yang baik
C = B, karena C = A
Contoh di atas silogisme yang dijadikan entimem. Jika entimem dapat dikembalikan menjadi silogisme
Contoh :
Entimem :
Badu harus bekerja keras, karena ia orang yang ingin sukses.
C     : Badu
B     : harus bekerja keras
A     : orang yang ingin sukses
Silogisme :
PU   : Semua orang yang ingin sukses harus bekerja keras.                       
PK   : Badu orang yang ingin sukses.
S      : Maka, Badu harus bekerja keras.

DAFTAR PUSTAKA
Purnamasari, Diana. "BERPIKIR INDUKTIF & DEDUKTIF" http://blog.unsri.ac.id/diana_purnamasari/filsafat-ilmu/berpikir-induktif-deduktif/mrdetail/168506/. Diakses tanggal 28 April 2013

_ _ _ _ _ _ _ _ _. "Silogisme" http://id.wikipedia.org/wiki/Silogisme. Diakses tanggal 28 April 2013

Permana, Acep Setia. "Silogisme & Entimem" http://acepgagan.blogspot.com/2013/01/silogisme-entimem.html. Diakses 28 April 2013