Berpikir
1.
Pengertian
Berpikir
Berpikir merupakan ciri utama bagi manusia yang membedakan antara manusia
dengan mahluk lain. Dengan dasar berpikir ini, manusia dapat mengubah keadaan
alam sejauh akan dapat memikirkannya (Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM 2007 : 97).
Dengan berpikir manusia dapat menaklukan semua yang ada disekitarnya dengan
mengembangkan dan membentuk kebudayaan. Kemampuan berpikir yang baik didukung
dengan kemampuan langkah-langkah ilmiah dalam memperoleh hasil yang optimal.
Berpikir untuk mencari kebenaran hakiki, Secara garis besarnya dapat
dibedakan menjadi 2 macam berpikir yaitu berpikir alamiah dan berpikir ilmiah.
Berpikir alamiah adalah pola penalaran yang berdasarkan kebiasaan sehari-hari
dari pengaruh alam sekelilingnya, misal tentang panasnya api yang dapat
membakar. Berpikir ilmiah adalah pola penalaran berdasarkan sarana tertentu
secara teratur dan cermat (Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM 2007 : 97).
2.
Berpikir Deduktif
Deduksi berasal dari bahasa Inggris deduction yang berarti penarikan kesimpulan
dari keadaan-keadaan yang umum, menemukan yang khusus dari yang umum.
Deduksi adalah cara berpikir yang di tangkap atau di ambil dari pernyataan yang
bersifat umum lalu ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan
kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir yang dinamakan
silogismus.
Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal
yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya
yang khusus.
3.
Silogisme
Silogisme
termasuk dalam penalaran deduktif. Deduktif merupakan salah satu teknik untuk
mengambil simpulan dalam sebuah karangan. Berdasarkan bentuknya,
silogisme terdiri dari :
3.1
Silogisme
Kategorial
Silogisme
kategorial adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan kategorial.
Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat
dibedakan menjadi premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan
premis minor ( premis yang termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan di
antara kedua premis tersebut adalah term penengah (middle term).
Hukum-hukum
Silogisme Katagorik :
·
Apabila salah satu premis bersifat partikular,
maka kesimpulan harus partikular juga.
·
Apabila salah satu premis bersifat negatif, maka
kesimpulannya harus negatif juga.
·
Apabila kedua premis bersifat partikular, maka
tidak sah diambil kesimpulan
·
Apabila kedua premis bersifat negatif, maka
tidak akan sah diambil kesimpulan. Hal ini dikarenakan tidak ada mata rantai
yang menhhubungkan kedua proposisi premisnya. Kesimpulan dapat diambil jika
salah satu premisnya positif
·
Apabila term penengah dari suatu premis
tidak tentu, maka tidak akan sah diambil kesimpulan. Contoh; semua ikan
berdarah dingin. Binatang ini berdarah dingin. Maka, binatang ini adalah ikan?
Mungkin saja binatang melata.
·
Term-predikat dalam kesimpulan harus
konsisten dengan term redikat yang ada pada premisnya. Apabila tidak konsisten,
maka kesimpulannya akan salah
·
Term penengah harus bermakna sama, baik dalam
premis mayor maupun premis minor. Bila term penengah bermakna ganda kesimpulan
menjadi lain
·
Silogisme harus terdiri tiga term, yaitu term
subjek, predikat, dan term, tidak bisa diturunkan konklsinya
Contoh silogisme kategorial :
Semua
yang halal dimakan menyehatkan (mayor).
Sebagian
makanan tidak menyehatkan (minor).
∴ Sebagian makanan tidak halal
dimakan (konklusi).
3.2
Silogisme
Hipotetik
Silogisme hipotetik adalah argumen yang premis mayornya berupa proposisi
hipotetik, sedangkan premis minornya adalah proposisi katagorik. Hukum-hukum
Silogisme Hipotetik Mengambil konklusi dari silogisme hipotetik jauh lebih
mudah dibanding dengan silogisme kategorik. Tetapi yang penting menentukan
kebenaran konklusinya bila premis-premisnya merupakan pernyataan yang benar.
Bila antecedent kita lambangkan dengan A dan konsekuen dengan B, maka hukum
silogisme hipotetik adalah:
·
Bila A terlaksana maka B juga terlaksana.
·
Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana.
(tidak sah = salah)
·
Bila B terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah
= salah)
·
Bila B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana.
Ada
4 (empat) macam tipe silogisme hipotetik:
·
Silogisme hipotetik yang premis minornya
mengakui bagian antecedent.
Contoh:
Jika
hujan saya naik becak.(mayor)
Sekarang
hujan.(minor)
∴
Saya naik becak (konklusi).
·
Silogisme hipotetik yang premis minornya
mengakui bagian konsekuennya.
Contoh:
Jika
hujan, bumi akan basah (mayor).
Sekarang
bumi telah basah (minor).
∴ Hujan telah turun (konklusi)
·
Silogisme hipotetik yang premis minornya
mengingkari antecedent.
Contoh:
Jika
politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka kegelisahan akan timbul.
Politik
pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa.
∴
Kegelisahan tidak akan timbul.
·
Silogisme hipotetik yang premis minornya
mengingkari bagian konsekuennya.
Contoh:
Bila
mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah.
Pihak
penguasa tidak gelisah.
∴
Mahasiswa tidak turun ke jalanan.
3.3
Silogisme
Alternatif
Silogisme alternatif adalah silogisme
yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi
alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya.
Kesimpulannya akan menolak alternatif yang lain. Contoh:
Nenek
Sumi berada di Bandung atau Bogor.
Nenek
Sumi berada di Bandung.
∴
Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.
3.4
Silogisme
Disjungtif
Silogisme
disjungtif adalah silogisme yang premis mayornya merupakan keputusan disyungtif
sedangkan premis minornya bersifat kategorik yang mengakui atau mengingkari
salah satu alternatif yang disebut oleh premis mayor. Seperti pada silogisme
hipotetik istilah premis mayor dan premis minor adalah secara analog bukan yang
semestinya. Silogisme ini ada dua macam yaitu:
·
Silogisme disjungtif dalam arti sempit
Silogisme disjungtif dalam arti sempit berarti mayornya
mempunyai alternatif kontradiktif.
Contoh:
Heri
jujur atau berbohong.(premis1)
Ternyata
Heri berbohong.(premis2)
∴
Ia tidak jujur (konklusi).Silogisme disjungtif dalam arti luas
·
Silogisme disjungtif dalam arti luas
Silogisme disjungtif dalam arti luas berarti premis mayornya
mempunyai alternatif bukan kontradiktif.
Contoh:
Hasan
di rumah atau di pasar.(premis1)
Ternyata
tidak di rumah.(premis2)
∴
Hasan di pasar (konklusi).
Hukum-hukum
Silogisme Disjungtif
·
Silogisme disjungtif dalam arti sempit,
konklusi yang dihasilkan selalu benar, apabila prosedur penyimpulannya valid.
Contoh:
Hasan
berbaju putih atau tidak putih.
Ternyata
Hasan berbaju putih.
∴
Hasan bukan tidak berbaju putih.
·
Silogisme disjungtif dalam arti luas,
kebenaran konklusinya adalah
a.
Bila premis minor mengakui salah satu alternatif,
maka konklusinya sah (benar).
Contoh:
Budi menjadi guru atau pelaut.
Budi adalah guru.
∴ Maka Budi bukan pelaut.
b.
Bila premis minor mengingkari salah satu
alternatif, maka konklusinya tidak sah (salah).
Contoh:
Penjahat itu lari ke Solo atau ke
Yogyakarta.
Ternyata tidak lari ke Yogyakarta.
∴ Dia lari ke Solo?
3.5
Entimem
Entimem
adalah silogisme yang diperpendek. Entimem tidak peerlu menyebutkan premis
umum, tetapi langsung mengetengahkan simpulan dengan premis khusus yang menjadi
penyebabnya.
Rumus entimem : C = B, Karena C = A
Contoh
:
Silogisme
:
PU :
Pegawai yang baik tidak mau menerima suap.
PK :
Ali pegawai yang baik.
S : Ali tidak mau menerima suap.
Entimem
Ali
tidak mau menerima suap, karena ia pegawai yang baik.
Penjelasan:
C =
Ali ;ia
B =
tidak mau menerima suap
A = pegawai yang baik
C
= B, karena C = A
Contoh di atas silogisme yang dijadikan entimem. Jika entimem
dapat dikembalikan menjadi silogisme
Contoh :
Entimem
:
Badu harus bekerja keras, karena ia orang yang ingin sukses.
C :
Badu
B :
harus bekerja keras
A : orang yang ingin sukses
Silogisme
:
PU :
Semua orang yang ingin sukses harus bekerja keras.
PK :
Badu orang yang ingin sukses.
S : Maka, Badu harus bekerja keras.
DAFTAR PUSTAKA
Purnamasari, Diana. "BERPIKIR INDUKTIF & DEDUKTIF"
http://blog.unsri.ac.id/diana_purnamasari/filsafat-ilmu/berpikir-induktif-deduktif/mrdetail/168506/.
Diakses tanggal 28 April 2013
_ _ _ _ _ _ _ _ _. "Silogisme" http://id.wikipedia.org/wiki/Silogisme.
Diakses tanggal 28 April 2013
Permana, Acep Setia. "Silogisme & Entimem" http://acepgagan.blogspot.com/2013/01/silogisme-entimem.html.
Diakses 28 April 2013