1. Unsur Kebudayaan
Mengenai unsur kebudayaan, dalam bukunya pengantar Ilmu Antropologi, Koenjtaraningrat, mengambil sari dari berbagai kerangka yang disusun para sarjana Antropologi, mengemukakan bahwa adatujuh unsur kebudayaan yang dapat ditemukan pada semua bangsa di dunia yang kemudian disebut unsur-unsur kebudayaan universal, antaralain :
1. Bahasa
2. Sistem Pengetahuan
3. Organisasi Sosial
4. Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi
5. Sistem Mata Pencaharian
6. Sistem Religi
7. Kesenian
2. Wujud Kebudayaan
J. J Honigmann (dalam Koenjtaraningrat, 2000) membedakan adanya tiga ‘gejala kebudayaan’ : yaitu : (1) ideas, (2) activities, dan (3) artifact, dan ini diperjelas oleh Koenjtaraningrat yang mengistilahkannya dengan tiga wujud kebudayaan :
1. Wujud kebudayaan sebagai suatu yang kompleks dari ide-ide, gagasan-gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya.
2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat
3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Mengenai wujud kebudayaan ini, Elly M.Setiadi dkk dalam Buku Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (2007:29-30) memberikan penjelasannya sebagai berikut :
1. Wujud Ide
Wujud tersebut menunjukann wujud ide dari kebudayaan, sifatnya abstrak, tak dapat diraba, dipegang ataupun difoto, dan tempatnya ada di alam pikiran warga masyarakat dimana kebudayaan yang bersangkutan itu hidup.
Budaya ideal mempunyai fungsi mengatur, mengendalikan, dan memberi arah kepada tindakan, kelakuan dan perbuatan manusia dalam masyarakat sebagai sopan santun. Kebudayaan ideal ini bisa juga disebut adat istiadat.
2. Wujud perilaku
Wujud tersebut dinamakan sistem sosial, karena menyangkut tindakan dan kelakuan berpola dari manusia itu sendiri. Wujud ini bisa diobservasi, difoto dan didokumentasikan karena dalam sistem ssosial ini terdapat aktivitas-aktivitas manusia yang berinteraksi dan berhubungan serta bergaul satu dengan lainnya dalam masyarakat. Bersifat konkret dalam wujud perilaku dan bahasa.
3. Wujud Artefak
Wujud ini disebut juga kebudayaan fisik, dimana seluruhnya merupakan hasil fisik. Sifatnya paling konkret dan bisa diraba, dilihat dan didokumentasikan. Contohnya : candi, bangunan, baju, kain komputer dll.
(Sumber)
3. Pertumbuhan dan Perkembangan Kebudayaan di Indonesia
A. Zaman Batu sampai Zaman Logam
Upaya menelusuri sejarah peradaban bangsa Indonesia, mulai dari zaman batu sampai zaman logam, sungguh akan berliku-liku, memerlukan waktu pembahasan yang panjang. Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli prehistoris, ternyata bahwa zaman batu itupun terbagi dalam :
Zaman batu tua (Palaeolithikum)
Zaman batu muda (Neolithikum).
Alat-alat batu pada zaman batu tua, baik bentuk ataupun permukaan peralatan masih kasar-kasar, misalnya kapak genggam.
Kapak genggam-kapak genggam semacam itu kita kenal dari Eropa, Afrika, Asia Tengah sampai Punsjab (India), tapi kapak genggam semacam ini tidak didapati orang di Asia Tenggara. Berdasarkan penelitian para ahli prehistori, bangsa-bangsa Proto Austronesia pembawa kebudayaan Neolithikum berupa kapak batu besar maupun kecil bersegi-segi itu berasal dari Cina Selatan, menyebar ke arah Selatan, ke hilir sungai-sungai besar sampai ke Semenanjung Malaka.
Lebih lanjut menyebar ke Sumatra, Jawa. Kalimantan Barat, Nusa Tenggara, sampai ke Flores, dan Sulawesi, berlanjut Ke Pilipina. Kapak-kapak batu serupa itu diasah sampai mengkilat dan diikat kepada tangkai kayu dengan rotan.
Bersamaan dengan persebaran budaya kapak-kapak batu itu, tersebar pula bahasa Proto Austronesia. Bahasa Proto-Austronesia sebagai induk atau cikal bakal bahasa dari bangsa-bangsa yang mendiami pulau-pulau diantara Samudra Indonesia dan Samudra Pasifik. Dengan begitu bahasa Proto Austronesia sebagai induk bahasa-bahasa di Wilayah negara-negara anggota Asean, khususnya Republik Indonesia., dikemudian hari muncul sebagai bahasa Melayu. Bahasa Melayu dengan dialek-dialek yang berbeda-beda itu, salah satu diantaranya berkembang di Republik Indonesia, kemudian menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi, bahasa kesatuan Republik Indonesia.
Zaman batu muda (Neolithikum) benar-benar membawa revolusi dalam kehidupan manusia. Pada zaman ini, mereka mulai hidup menetap, membuat rumah, membentuk kelompok masyarakat desa, bertani dan beternak untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sejalan dengan itu revolusi alat-alat keperluan penunjang kehidupanpun terjadi. Penyelidikan-penyelidikan lebih lanjut menemukan bahwa manusia-manusia zaman batu muda itu telah mengenal dan memiliki kepandaian mengecor/mencairkan logam dari biji besi, dan menuangkan ke dalam cetakan-cetakan serta mendinginkannya. Oleh karena itulah mereka mampu membuat aneka ragam senjata berburu dan berperang serta alat-alat lain yang mereka perlukan.
Bangsa-bangsa Proto-Austronesia yang masuk dari Semenanjung Indo China ke Indonesia itu membawa Kebudayaan Dongson, dan menyebar di Indonesia. Materi Dongson diantaranya berupa senjata-senjata tajam dan kapak berbentuk sepatu dari bahan perunggu.
Suatu hal yang patut dicatat tentang permulaan zaman logam ini, ialah kenyataan yang jelas bahwa Indonesia sebelum zaman Hindu telah mengenal kebudayaan yang tinggi derajatnya, dan zaman tersebut pada dasarnya penting sekali untuk perkembangan sejarah Indonesia selanjutnya.
B. Kebudayaan Hindu, Budha, dan Islam
1. Kebudayaan Hindu dan Budha.
Pada ke-3 dan ke-4 agama Hindu masuk ke Indonesia, khususnya ke Pulau Jawa. Perpaduan atau akulturasi antara kebudayaan setempat dengan kebudayaan Hindu yang berasal dari India itu berlangsung luwes dan mantap. Sekitar abad ke-5, ajaran Budha atau Budhisme masuk ke Indonesia, khususnya ke Pulau Jawa. Agama/ajaran Budha dapat dikatakan berpandangan lebih maju dari pada Hinduisme, sebab Budh" me tidak menghendaki adanya kasta-kasta dalam masyarakat.
Walaupun demikian, kedua agama itu di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa tumbuh dan berkembang berdampingan secara damai. Baik penganut Hinduisme maupun Budhisme melahirkan karya-karya budaya yang bernilai tinggi dalam seni bangunan/arsitektur, seni pahat, seni ukir maupun seni sastra, seperti tercermin dalam bangunan/arsitektur, relief-relief yang diabadikan dalam candi-candi di Jawa Tengah ataupun di Jawa Timur. Candi-candi yang dimaksud diantaranya : Borobudur.'Mendut, Prambanan, Kalasan (Jawa Tengah). Badut, Kidal, Jago, Singosari, di sekitar kota Blitar, semuanya di wilayah propinsi di Jawa Timur.
Candi Borobudur adalah candi Budha terbesar dan termegah di Asia Tenggara, bahkan tercatat sebagai salah satu bangunan kuno, yang termasuk dalam 10 besar keajaiban dunia.
2. Kebudayaan Islam.
Pada abad ke-15 dan ke-16 agama Islam telah dikembangkanm di Indonesia, oleh para pemuka-pemuka Islam yang disebut Wali Sanga. Titik sentral penyebaran agama Islam pada abad itu berada di pulau Jawa. Sebenarnya agama Islam masuk ke Indonesia, khususnya ke pulau Jawa sebelum abad ke-I 1 sudah ada wanita Islam yang meninggal dan dimakamkan di kota Gresik. Masuknya agama Islam ke Indonesia, teristimewa ke pulau Jawa berlangsung dalam suasana damai. Hal ini disebabkan karena Islam dimasukkan ke Indonesia tidak dengan secara paksa, melainkan dengan cara baik-baik. Di samping itu disebabkan sikap toleransi yang dimiliki bangsa kita.
Pada abad ke-15, ketika kejayaan maritim Majapahit mulai surut, berkembanglah negara-negara pantai yang dapat merongrong kekuasaan dan kewibawaan Majapahit yang berpusat pemerintahan di pedalaman. Negara-negara yang dimaksud adalah : negara Malaka di Semenanjung Malaka, negara Aceh di ujung Pulau Sumatra, negara Banten di Jawa Barat, negara Demak dipesisir utara Jawa Tengah, negara Goa di Sulawesi Selatan. Dalam proses perkembangan negara-negara tersebut yang dikendalikan oleh pedagang-pedagang kaya dan golongan bangsawan kota-kota pelabuhan, nampaknya telah terpengaruh dan menganut agama Islam.
Didaerah-daerah yang belum amat terpengaruh oleh kebudayaan Hindu, agama Islam mempunyai pengaruh yang menda iam dalam kehidupan penduduk di daerah yang bersangkutan. Demikian misalnya di Aceh, Banten, Sulawesi Selatan, Sumatra Timur, Sumatra Barat, dan pesisir Kalimantan.
Agama Islam berkembang pesat di Indonesia dan menjadi agama yang mendapat penganut sebagian terbesar penduduk Indonesia. Tak dapat dipungkiri lagi, bahwa kebudayaan Islam memberi saham yang besar bagi perkembangan kebudayaan dan kepribadian bangsa Indonesia.
C. Kebudayaan Barat
Unsur kebudayaan yang juga memberi warna terhadap corak lain dari kebudayaan dan kepribadian bangsa Indonesia adalah kebudayaan Barat. Awal kebudayaan Barat masuk ke negara tercinta Republik Indonesia ketika kaum kolonialis/penjajah mengedor masuk ke Indonesia, terutama bangsa Belanda. Mulai dari penguasaan dan kekuasaan perusahaan dagang Belanda (VOC) dan berlanjut dengan pemerintahan kolonialis Belanda, di kota-kota propinsi, kabupaten muncul bangunan-bangunan dengan gaya arsitektur Barat. Dalam kurun waktu itu juga, dikota-kota pusat pemerintahan, terutama di Jawa, Sulawesi Utara, dan Maluku berkembang dua lapisan sosial.
1. Lapisan sosial yang terdiri dari kaum buruh.
2. Lapisan sosial kaum pegawai.
Dalam lapisan sosial kedua inilah pendidikan Barat di sekolah-sekolah dan kemampuan/kemahiran bahasa Belanda menjadi syarat utama untuk mencapai kenaikan kelas sosial.
Akhirnya masih harus disebut sebagai pengaruh kebudayaan Eropa yang masuk juga kedalam kebudayaan Indonesia, ialah agama Katolik dan agama Kristen Protestan. Agama-agama tersebut biasanya disiarkan dengan sengaja oleh organisasi-organisasi penyiaran agama (missie untuk agama Katolik dan zending untuk agama Kristen) yang semuanya bersifat swasta. Penyiaran dilakukan terutama didaerah-daerah dengan penduduk yang belum pernah mengalami pengaruh agama Hindu, Budha atau Islam. Daerah-daerah itu misalnya : Irian Jaya. Maluku Tengah dan Selatan, Sulawesi Utara dan Tengah, Nusa Tenggara Timur, dan pedalaman Kalimantan.
Sudah menjadi watak dan kepribadian Timur pada umumnya, serta masyarakat Jawa khususnya, bahwa dalam menerima setiap kebudayaan yang datang dari luar, kebudayaan yang dimilikinya tidaklah diabaikan. Tetapi disesuaikanlah kebudayaan yang baru itu dengan kebudayaan lama.
Sehubungan dengan itu, penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 memberikan rumusan tentang kebudayaan memberikan rumusan tentang kebudayaan bangsa Indonesia adalah : kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budi rakyat Indonesia seluruhnya, termasuk kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagai puncak-puncak kebudayaan di daerah-daerah di seluruh Indonesia. Lebih lanjut, dalam penjelasan UUD 1945 itu juga ditunjukkan ke arah mana kebudayaan itu diarahkan, yaitu menuju ke arah kemajuan adab budaya dan persatuan, dengan tidak menolak bahan-bahan baru kebudayaan asing yang dapat memperkembangkan atau memperkaya kebudayaan bangsa sendiri, serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia.
Dalam kesempatan temu ilmiah budaya di Palu, Sulawesi Tengah, pada tanggal 24 Desember 1984, Prof Dr.A. Mattulada menilai kebudayaan Indonesia kontemporer yang tumbuh dari kebudayaan asli Nusantara, Hindu, Islam dan kebudayaan modern (Eropa-Amerika) yang berbeda-beda konfigurasinya, sekarang dipahami sebagai kebudayaan Bhineka Tunggal Ika.
Namun itu belum sepenuhnya diterima merata sebagai milik nasional. Lebih jauh dikatakan bahwa kebudayaan modern sekarang yang berpangkal pada ilmu, ekonomi dan kemajuan teknologi dengan ciri otonominya, juga goncang. sehingga merendahkan martabat umat manusia.
“Bagi bangsa Indonesia sekarang, sanggupkah menemukan jalan yang tepat guna menumbuhkan kebudayaan yang sehat ?”.
Dalam keadaan rawan seperti sekarang ini sesungguhnya sangat menguntungkan bagi pembangunan kebudayaan Indonesia, yakni dengan Falsafah Pancasila. Pancasila telah menunjukkan dasar pemikiran yang mewarnai aspirasi-aspirasi zaman mutakhir, terhadap pendapat-pendapat umum dengan rumusannya humanisme baru". Pancasila sebagai rumusan kepercayaan kepada realitas, sesungguhnya sejalan dengan rumusan humanisme baru yang tumbuh menjadi hasrat umum zaman mutakhir.
(Sumber)
0 comments:
Posting Komentar