Rabu, 20 Oktober 2010

Tugas ISD 3

INDIVIDU, KELUARGA, DAN MASYARAKAT



Kelompok Masyarakat Non Industri dan Masyarakat Industri

1. Masyarakat Non Industri
     Secara garis besar, kelompok nasional atau organisasi kemasyarakatan non industri dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu kelompok primer (primary group) dan kelompok sekunder (seconfary group)
    a. Kelompok primer
    Dalam kelompok primer, interaksi antar anggota terjalin lebih intensif, lebih erat, dan lebih akrab. Kelompok primer ini disebut juga kelompok “face to face group”, sebab para anggota kelompok sering berdialog, bertatap muka, karena itu saling mengenal lebih dekat dan lebih akrab. Sifat interaksi dalam kelompok-kelompok primer bercorak kekeluargaan dan lebih berdasarkan simpati. Pembagian kerja atau pembagian tugas pada kelompok menerima serta menjalankan tugas tidak secara paksa. Lebih dititi beratkan pada kesadaran tanggung jawab para anggota dan berlangsung atas dasar rasa simpati dan secara sukarela.
    Contoh-contoh kelompok primer antara lain : keluarga, rukun tetangga, kelompok belajar, kelompok agama, dan lain sebagainya.
    b. Kelompok sekunder
      Antara anggota kelompok sekunder, terpaut saling hubungan tak langsung, formal, juga kurang bersifat kekeluaragaan. Oleh karena itu, sifat interaksi, pembagian kerja antara anggota kelompok di atur atas dasar pertimbangan-pertimbangan rasional obyektif.
      Para anggota menerima pembagian kerja atau pembagian tugas atas dasar kemampuan dan keahlian tertentu. Di samping dituntut dedikasi, hal-hal semacam itu diperlukan untuk mencapai target dan tujuan tertentu yang telah di flot dalam program-program yang telah sama-sama disepakati. Contoh-contoh kelompok sekunder misalnya : partai politik, perhimpunan serikat kerja atau serikat buruh, organisasi profesi dan sebagainya. Berlatar belakang dari pengertian resmi dan tak resmi, maka tumbuh dan berkembang kelompok formal (formal group) atau lebih akrab dengan sebutan kelompok resmi, dan kelompok tidak resmi (informal group). Inti perbedaan yang terjadi adalah : Kelompok tidak resmi (informal group) tidak berstatus resmi dan tidak didukung oleh Anggota Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) seperti yang lazim berlaku pada kelompok resmi.
    Namun demikian, kelompok tidak resmi juga mempunyai pembagian kerja, peranan-peranan serta hirarki tertentu, norma-norma tertentu debaga pedoman tingkah laku para anggota beserta konversi- konversinya. Tetapi hal ini tidak dirumuskan secara tegas dan tertulis seperti pada kelompok resmi (W.A. Gerungan, 1980 : 91).
      Contoh : semua kelompok sosial, perkumpulan- perkumpulan, atau organisasi- organisasi kemasyarakatan yang memiliki anggota kelompok tidak resmi.
Seringkali dalam tubuh kelompok resmi juga terbentuk kelompok tak resmi. Anggota-anggota terdiri atas beberapa individu atau beberapa keluarga saja. Sifat interaksinya berlangsung saling mengerti yang lebih mendalam, karena latar belakang pengalaman- pengalaman senasib sepenanggungan dan pandangan- pandangan yang sama.

2. Masyarakat Industri
        Durkheim mempergunakan variasi pembagian kerja sebagai dasar untuk mengklarifikasikan masyarakat, sesuai dengan taraf perkembangannya. Akan tetapi ia lebih cenderung mempergunakan dua taraf klarifikasi. Yaitu yang sederhana dan yang kompleks. Masyarakat-masyarakat yang berada ditengah kedua eksterm tadi diabaikannya (Soerjono Soekanto, 1982 : 190).
      Jika pembagian kerja bertambah kompleks, suatu tanda bahwa kapasitas masyarakat semakin tinggi. Solidaritas didasarkan pada hubungan saling ketergantungan antara kelompok-kelompok masyarakat yang telah mengenal pengkhususan. Otonomi sejenis juga menjadi ciri dari bagian atau kelompok-kelompok masyarakat industri. Otonomi sejenis dapat diartikan dengan kepandaian atau keahlian khusus yang dimiliki seseorang secara mandiri, sampai pada batas-batas tertentu.
      Contoh-contoh : tukang roti, tukang sepatu, tukang bubut, tukang las, ahli mesin, ahli listrik dan ahli dinamo, mereka dapat bekerja secara mandiri. Dengan timbulnya spesialisasi fungsional, makin berkurang pula ide-ide kolektif untuk diekspresikan dan dikerjakan bersama. Dengan demikian semakin kompleks pembagian kerja, banyak timbul kepribadian individu. Sudah barang tentu masyarakat sebagian keseluruhan memerlukan derajat integrasi yang serasi. Akan tetapi hanya akan sampai pada batas tertentu, sesuai dengan bertambahnya individualisme.
        Abad ke-15 sebagai pangkal tolak dari berkembang pesatnya industrialisasi, terutama didaratan Eropa. Hal tersebut melahirkan bentuk pembagian kerja antara majikan dan buruh. Semula pembagian kerja antara majikan dan buruh atau mereka yang magang bekerja berjalan serasi, sehingga konflik jarang terjadi.
      Lalu pertumbuhan industri-industri membawa konsekuensi memisahkan pekerja dengan majikan lebih nyata. Majikan sebagai pemilik modal monopoli posisi-posisi tertentu, sehingga menimbulkan konflik. Sejalan dengan kompleksitas pembagian kerja, pekerjaan menjadi tambah rumit dan terlalu khusus. Akibat terjadi konflik-konflik yang tak dapat dihindari, kaum pekerja membentuk serikat-serikat kerja atau serikat buruh.
    Awal perjuangan tersebut ditandai dengan keinginan untuk memperbaiki kondisi kerja dan upah. Perjuangan kaum buruh semakin meningkat, terutama di perusahaan-perusahaan besar. Ketidakpuasan kaum buruh terhadap terhadap kondisi kerja dan upah semakin meluas. Akumulasi ketidakpuasan buruh menjadi bertambah, karena kaum industrialis mengganti tenaga manusia oleh mesin-mesin. Hal ini berakibat membawa stagnasi mental para buruh lambat laun menjadi luntur, kebanggaan memiliki keterampilan dan spesialisasi semakin meningkat. Dengan demikian, pembagian kerja semakin timpang dan tidak adil.

OPINI :
Menurut saya masyarakat non industri lebih bersifat kemasyarakatan karena dalam ruang lingkup tersebut setiap individunya secara tidak langsung dipaksa agar dapat saling berkomunikasi satu dengan yang lainnya, jadi terdapat rasa kekeluargaan diantara mereka.
sedangkan masyarakat industri lebih bersifat individualisme karena satu sama lainnya saling berkompetisi untuk mendapatkan yang terbaik bagi dirinya, dan disitu bisa saja karena persaingan timbullah konflik yang mengakibatkan perpecahan dan tidak adanya rasa kekluargaan diantara mereka.


Makna Individu

      Manusia adalah makhluk individu. Makhluk individu berarti makhluk yang tidak dapat dibagi-bagi, tidak dapat dipisahkan antara jiwa dan raganya. Para ahli Psikologi modern menegaskan bahwa manusia itu merupakan suatu kesatuan jiwa raga yang kegiatannya sebagai keseluruhan. Sebagai kesatuan, kegiatan manusia sehari-hari merupakan kegiatan jiwa raganya. Bukan hanya kegiatan alat tubuh saja, atau bukan hanya aktivitas dari kemampuan-kemampuan jiwa satu persatu terlepas daripada yang lain.
      Contoh : Manusia sebagai makhluk individu mengalami kegembiraan atau kecewa akan terpaut dengan jiwa raganya. Tidak hanya dengan mata, telinga, tangan, kemauan, dan perasaan saja. Dalam kegembiraannya manusia dapat mengagumi dan merasakan suatu keindahan, rasa estetis dalam individunya.
Suatu keindahan ia kagumi dan ia nikmati melalui indera mata dan indera perasaan yang berbaur dalam menjadi satu kesatuan.
      Tegasnya, apabia kita mengamati sesuatu, maka kita bukan hanya melihat sesuatu dengan alat mata kita saja, melainkan juga seluruh minat. Dan perhatian yang kita curahkan kepada objek yang kita amati itu. Minat dan perhatian ini sangat dipengaruhi oleh niat dan kebutuhan kita pada waktu itu. Dalam pengamatan suatu objek tersebut keseluruhan jiwa raga kita terlibat dalam proses pengamatan itu, dan tidak hanya indera mata saja.
      Pendapat lain bahwa manusia sebagai makhluk individu, tidak hanya dalam arti makhluk keseluruhan jiwa raga. Melainkan juga dalam arti bahwa tiap-tiap orang itu merupakan pribadi (individu) yang khas menurut corak kepribadiannya, termasuk kecakapan-kecakapan serta kelemahan-kelemahannya. Sehubungan dengan itu, Fallport merumuskan kepribadian manusia sebagai makhluk individu adalah sebagai berikut : kepribadian adalah organisasi dinamis daripada sistem-sistem psycho-physik dalam individu yang turut menentukan cara-caranya yang unik (khas) dalam menyesuaikan dirinya dengan lingkungan (W.A. Gerungan, 1980 : 28).


OPINI :
manusia memang makhluk individu, jiwa dan raga mereka takkan pernah terpisahkan tetapi jika manusia dihadapkan pada lingkungan kemasyarakatan, manusia bukanlah makhluk individu karena manusia takkan mungkin bisa hidup sendiri di lingkungan masyarakat. makna individu yang dimaksud disini adalah suatu kumpulan yang tidak mungkin dapat dipisahkan antara satu dengan lainnya, contohnya jiwa dan raga manusia, sifat dan ekspresinya, mereka takkan mungkin dapat dipisahkan antara satu dengan lainnya.


(SUMBER)

0 comments:

Posting Komentar