Kamis, 11 November 2010

Tugas ISD 7


NAMA       : Abdul Ghoni Asykur
NPM          : 10110015
KELAS      : 1 KA 26

Masyarakat Pedesaan dan Masyarakat Perkotaan

Ciri-ciri Desa
1)        Mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antara ribuan  jiwa.
2)        Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukaan terhadap kebiasaan.
3)      Cara usaha (ekonomi) adalah agraris yang paling umum yang sangat dipengaruhi alam seperti iklim, keadaan alam, kekayaan alam, sedangkan pekerjaan yang bukan agraris adalah bersifat sambilan.
(SUMBER)

Ciri-ciri Masyarakat Pedesaan
1)        Mempunyai hubungan yang lebih mendalam dan erat bila dibandingkan dengan masyarakat pedesaan lainnya di luar batas-batas wilayahnya.
2)        Sistem kehidupan umumnya berkelompok dengan dasar kekeluargaan (gemienschaft atau paguyuban). Gemienschaft yaitu merupakan kehidupan bersama yang intim, sedangkan paguyuban yaitu merupakan bentuk kehidupan bersama dimana anggota-anggotanya memiliki hubungan batin yang kuat, bersifat alamiah, serta bersifat kekal.
3)      Sebagian besar warga masyarakat pedesaan hidup dari pertanian. Pekerjaan-pekerjaan yang bukan pertanian merupakan pekerjaan sambilan (part-time). Sedangkan mata pencaharian berdagang merupakan pekerjaan sekunder
4)        Masyarakat pedesaan bersifat homogen. Seperti dalam hal mata pencaharian, agama, adat-istiadat, dan sebagainya.
Oleh karena anggota masyarakat mempunyai kepentingan pokok yang hampir sama, maka mereka selalu bekerjasama untuk mencapai kepentingan-kepentingan mereka. Seperti pada waktu mendirikan rumah, upacara pesta perkawinan, memperbaiki jalan desa, membuat saluran air dan sebagainya. Dalam hal-hal tersebut merekan akan selalu bekerjasama.
(SUMBER)

STUDY KASUS
Pakaian tradisional Kraton Yogyakarta yang mulai jarang ditemui akhir-akhir ini, dan hanya  pada waktu  tertentu akan muncul kembali dalam suatu upacara adat yang meriah dan menarik perhatian masyarakat umum. Pakaian tradisional khusus itu akan muncul secara menarik dan berwibawa.
Pakaian tradisional masyarakat Yogyakarta terdiri dari seperangkat Pakaian tradisional yang memiliki unsur unsur yang tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Kelengkapan berbusana tersebut merupakan ciri khusus pemberi identitas bagi pemakainya yang meliputi fungsi dan peranannya. Oleh karena itu, cara berpakaian biasanya sudah dibakukan secara adat, kapan dikenakan, di mana dikenakan, dan siapa yang mengenakannya.
Secara keseluruhan seperangkat pakaian terdiri atas bagian atas, bagian tengah, dan bagian bawah. Bagian atas meliputi tutup kepala dan tata rias rambut (sanggul, konde, dan sebagainya); bagian tengah terdiri dari baju (kebaya, dan lain-lain) dan perhiasan (aksesori); serta bagian bawah berupa alas kaki. Demikian pula pakaian dari suatu daerah dapat dibedakan atas pakaian sehari-hari/kerja dan pakaian upacara/pesta adat. Dari pembagian tersebut dapat digolongkan lagi jenis-jenis pakaian berdasarkan jenis kelamin, usia, dan status sosial pemakainya.
Sedangkan yang dimaksud dengan pengertian Pakaian tradisional sehari-hari di sini adalah seperangkat pakaian yang dikenakan di rumah, saat bekerja, dan saat bepergian. Pemakainya dapat digolongkan berdasarkan jenis kelamin, usia, dan status sosial. Sejak kecil putra-putri Sultan telah mengenal beberapa peraturan yang membedakan dirinya dengan status individu lainnya, diantaranya melalui bentuk Pakaian tradisional yang harus dikenakan. Pakaian tradisional yang dirancang untuk anak-anak terdiri dari busana kencongan untuk anak laki-laki, dan busana sabukwala untuk anak perempuan
Pakaian tradisional untuk anak laki-laki model kencongan terdiri dari kain batik yang dikenakan dengan model kencongan, baju surjan, lonthong tritik, ikat pinggang berupa kamus songketan dengan cathok atau timang terbuat dari suwasa (emas berkadar rendah). Sedangkan busana sehari-hari bagi pria remaja dan dewasa terdiri dari baju surjan, kain batik dengan wiru di tengah, lonthong tritik, kamus songketan, timang, serta mengenakan dhestar sebagai tutup kepala.
Pakaian tradisional sabukwala padintenan dikenakan oleh anak perempuan berusia 3-10 tahun. Rangkaian busana ini terdiri dari nyamping batik, baju katun, ikat pinggang kamus songketan bermotif flora atau fauna, memakai lonthong tritik, serta mengenakan cathok dari perak berbentuk kupu-kupu, burung garuda, atau merak. Perhiasan yang dikenakan sebagai pelengkap terdiri dari subang, kalung emas dengan liontin berbentuk mata uang (dinar), gelang berbentuk ular (gligen) atau model sigar penjalin. Bagi yang berambut panjang disanggul dengan model konde. Kainnya bermotif parang, ceplok, atau gringsing.

OPINI
Menurut saya tradisi seperti ini harus terus di wariskan dan jangan sampai tradisi seperti ini punah. Karena takutnya jika tradisi seperti ini punah bisa saja negara lain mengaku sebagai tradisi miliknya seperti halnya malaysia yang mengakui karya dan harta berharga milik Indonesia. Jadi tradisi ini harus selalu di wariskan bila perlu di modifikasi sedikit agar terlihat modern namun tidak meninggalkan nilai tradisi aslinya.

0 comments:

Posting Komentar