Keikhlasan Penjual Ketoprak
Kisah ini terjadi beberapa bulan yang lalu, saat
saya dan adik sedang menginap di Hotel Cemara, di daerah Menteng-Jakarta Pusat.
Pagi itu, kami jalan-jalan pagi sambil berusaha mencari penjual bubur ayam
keliling. Tapi entah kenapa, jangankan penjual bubur ayam, pedagang kaki lima
lain juga tidak tampak batang hidungnya. Mungkin karena hari itu hari minggu,
jadi para pedagang kaki lima di sekitar daerah itu juga berlibur tidak
melakukan aktivitas hariannya.
Hikmah : “Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara.
Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan
bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (Al-Hujurat: 10)
”Tidak beriman salah seorang di antara kamu sampai
ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR.
Bukhari-Muslim)
Setelah berjalan agak jauh dari hotel, kami menemukan seorang abang penjual ketoprak yang sedang melayani seorang pembeli. Awalnya kami ragu untuk singgah di tempat itu, karena adik saya saat itu sedang ingin sekali makan bubur ayam. Maklum, di daerah asal kami di Aceh, rasa bubur ayam-nya agak berbeda dengan di Jakarta. Tapi, karena perut yang sudah tidak bisa kompromi, akhirnya kami memutuskan untuk membeli ketoprak pada si abang tersebut.
Ketika penjual ketoprak sedang mempersiapkan makanan
yang kami pesan, tiba-tiba datang seorang nenek tua berusia sekitar 60-70 tahun
yang sudah agak bungkuk dan berjalan perlahan ke arah kami. Nenek itu
menggunakan baju tua yang sudah lusuh dengan selendang yang disampirkan
dikepalanya dengan warna yang sudah tidak jelas pula.
Terus terang, saya agak terenyuh melihat nenek itu,
entah dimana anak-cucu-nya yang tega membiarkan nenek itu berjalan sendirian
tertatih-tatih tanpa ada yang menemani. Nenek itu menghampiri gerobak kami dan
duduk di salah satu bangku di situ. Ia mengatakan sesuatu kepada abang penjual
ketoprak yang segera dibalas dengan pemberian satu piring ketoprak oleh si
abang.
Ketika nenek itu makan, saya sempat melihat isi
piring-nya yang hanya berisi setengah porsi lontong dengan sedikit bumbu
kacang, tanpa ada campuran lainnya. Jelas kalau nenek itu tidak memiliki uang
untuk membeli ketoprak dengan porsi dan campuran biasa. Sebenarnya saat itu
hati kecil saya menyuruh saya untuk meminta abang ketoprak untuk menyiapkan
satu porsi biasa untuk si nenek, tapi saya takut hal itu akan menyinggung
nenek, sehingga saya mengurungkan niat baik tersebut.
Akhirnya setelah pesanan kami selesai, saya dan
adik, yang ternyata dari tadi juga memperhatikan nenek itu, memutuskan untuk
membayar makanan yang disantap nenek tua tersebut tanpa mengatakannya pada si
nenek.
Ketika hendak membayar dan menyerahkan uang kepada
penjual ketoprak, setelah mengatakan maksud kami, alangkah tersentak dan terharunya
hati kami ketika mendengar jawaban penjual ketoprak.
Penjual ketoprak itu berkata, “Maaf neng, tidak
apa-apa kok. Nenek itu sudah tiap pagi kemari, dan saya berikan lontong itu
secara cuma-cuma. Meskipun cuma sedikit, hal itu saya anggap menjadi tanggung
jawab saya sebagai sesama muslim. Terima kasih atas niat baik neng...”
Tanpa bisa berkata-kata dan hanya ucapan “terima
kasih” yang keluar dari mulut saya, saya dan adik pun berlalu dari situ dan
pulang menuju hotel.
Entahlah, rasanya saat itu Allah memberi pelajaran
berharga melalui penjual ketoprak itu pada saya. Betapa luasnya keikhlasan yang
dimiliki oleh penjual ketoprak itu. Saya bayangkan, jika setiap muslim merasa
memiliki tanggung jawab terhadap muslim lainnya, alangkah indah dan bahagianya
kehidupan yang terjalin di alam ini. Jika semua penjual ketoprak & penjual
makanan lainnya memiliki hati dan niat semulia penjual ketoprak itu, mungkin
saja angka kelaparan yang terjadi di negeri kita pasti bisa ditekan.
Penjual ketoprak itu telah mengajarkan saya bahwa
tidak perlu kaya harta baru bisa membantu orang lain, yang kita perlukan hanya
kaya hati.
Januari 2009
Hikmah :
“Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara.
Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan
bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (Al-Hujurat: 10)
“Perumpamaan orang-orang mukmin dalam berkasih
sayang dengan sesama mereka seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuh
sakit, maka seluruh tubuh akan merasakan baik (sakit) demam dan tidak bisa
tidur.” (HR. Bukhari-Muslim)
”Hindarilah api neraka sekalipun dengan separoh
korma. Lalu siapa yang tidak memilikinya, maka dengan perkataan yang baik.”
(HR. Bukhari-Muslim)
Sumber : Hijra Novia member IS1
0 comments:
Posting Komentar