Penyebab Kerusakan Terumbu Karang
WILAYAH Propinsi Nusa Tenggara Timur
(NTT) sebagian besar terdiri dari lautan. Ini merupakan kekayaan alam yang bisa
digunakan untuk peningkatan ekonomi.Luas wilayah NTT saat ini mencapai 47.349,9
Km dengan luas lautan sekitar 200 ribu km dan 1.192 pulau. Ini merupakan
kekayaan yang luar biasa. Kekayan alam yang bisa diraub dengan potensi ini
adalah ikan-ikan yang hidup di laut, potensi wisata bahari, baik di permukaan
maupun bawah laut, pembudidayaan mutiara dan rumput laut serta olahraga
memancing dan menyelam (diving). Kekayaan dasar laut NTT pun bisa menjadi
laboratorium alam untuk berbagai penelitian biota laut.
Namun kekayaan bawa laut ini akan hilang
bisa tidak dilestarikan sejak kini. Aktivitas bom ikan yang masih berlangsung
berpotensi merusak kekayaan biota laut. Saat ini saja, kerusakan terumbu
karang yang merupakan sumber kehidupan bioata laut terjadi hampir di seluruh
wilayah Indonesia. Pemboman ikan bukan saja mematikan ikan tetapi berdampak
pada kerusakan seluruh biota laut.
Tahun 2006, Coral Reef Rehabilitation
and Management Program (Coremap)-LIPI telah melakukan pemetaan terumbu karang
di seluruh Indonesia, dengan luasan terumbu karang tercatat sekitar 75 ribu km
persegi yang tersebar di sekitar 841 lokasi di seluruh wilayah Indonesia.
Coremap melaksanakan pemetaan di tiga
wilayah Indonesia, yaitu Indonesia Barat, Tengah dan Timur. Penelitian di
wilayah Indonesia Tengah termasuk perairan NTT yakni Kupang dan Maumere.
Hasil penelitian tersebut
menyebutkan, sekitar 75 persen terumbu karang di Teluk Maumere, Kabupaten Sikka
mengalami kerusakan akibat cara penangkapan ikan yang dilakukan nelayan
menggunakan bom dan racun-racun lainnya.
Direktur Yayasan Mitra Bahari, Piter
Embu Gusi mengatakan, terdapat 97 titik di perairan Teluk Maumere dan
sekitarnya namun sebagian besar terumbu karang sudah rusak atau mati dan
sisanya hanya 25 persen. Ini data yang disampaikan Coremap, sebuah program
bantuan asing yang memfokuskan perhatiannya pada bidang pengelolaan terumbu
karang.
Akibat dari terumbu karang yang sudah
rusak itu, katanya, jumlah ikan yang hidup di laut berkurang. Dampak
lanjutannya adalah penghasilan nelayan menurun dan sumber nutrisi untuk manusia
pun ikut berkurang.
Menurut Gusi, terumbu karang di Teluk
Maumere memiliki keindahan dan aneka warna sehingga dijadikan sebagai salah
satu taman laut di Indonesia. Namun banyak di antaranya rusak karena kegiatan
pengemboman ikan dan gempa bumi yang terjadi pada 1992.
Kerusakan terumbu karang di Teluk Kupang
juga cukup memprihatinkan. Berbeda dengan kasus Maumere, terumbu karang di
Kupang rusak karena ekploitasi yang dilakukan para pembuat kapur. Bahan baku
pembuatan kapur tersebut membuat para penambang tidak saja mengambil karang
laut di tepi pantai, namun sudah masuk hingga ke dalam laut.
Kerusakan terumbu karang di Pantai Pasir
Panjang Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), menimbulkan kerisauan
tersendiri bagi tiga siswa SMA Negeri II Kupang, Kristina Puu Heu, Jefry Tuan,
dan Alyan M Sioh. Berbekal ilmu yang dimiliki, mereka melakukan penelitian
untuk mencari solusi agar kerusakan terumbu karang di daerahnya tidak kian
parah.
Tim peneliti SMAN 2 Kupang memenangi
Final Kontes Inovator Muda 2 dengan Tema Pelestarian Terumbu Karang' yang
diadakan COREMAP- LIPI menyebutkan NTT dikenal memiliki terumbu karang yang
sangat menonjol. Sayangnya, saat ini sekitar 50 persen terumbu karang di NTT
mengalami kerusakan berat akibat aktivitas masyarakat di pesisir pantai yang
menjadikannya sebagai bahan bangunan maupun kapur.
Kristina, salah satu anggota tim dari
tiga anggota dalam tim itu mengatakan, dari hasil survei timnya di Pantai Pasir
Panjang Kupang, terumbu karang digunakan sebagai bahan baku utama pembuatan
kapur. Kondisi ini sudah terjadi sejak 2000 silam. ''Bahkan lokasi pengambilan
karang sudah jauh masuk ke dalam laut dengan menggunakan sampan, sekitar 50
hingga 100 meter dari batas surut,'' ungkapnya.
Dalam kurun satu tahun, kata Kristina,
penambang dapat melakukan pembakaran terumbu karang sebanyak enam kali, berupa
kegiatan pembakaran dua bulan sekali. ''Dengan sekali membakar terumbu karang setinggi
lima meter dan berdiameter enam meter, setahun dapat menghasilkan 600 hingga
700 karung kapur yang beratnya 20 kilogram,'' cetusnya.
Kristina lantas melakukan perhitungan
secara matematis, jika selama tujuh tahun, setiap harinya penambang mengambil
terumbu karang, maka luas area terumbu karang yang rusak akibat pembuatan kapur
diprediksi sekitar 56.376,6 meter kubik. ''Angka ini hanya untuk lima penambang
saja, bagaimana kalau lebih banyak orang yang melakukannya,'' keluhnya.
Terganggunya keseimbangan perairan laut
dengan rusaknya terumbu karang, kata Kristina, mengakibatkan rantai makanan
putus. ''Dengan demikian fungsi biologis dari terumbu karang juga terganggu,''
ingatnya. Ia lantas mencontohkan, karena pemijahan, pemeliharaan berbagai biota
laut khususnya ikan sebagai sumber protein yang berkualitas hilang dan berimbas
pada produksi ikan menurun sebanyak 142.069.032 ton akibat ulah lima penambang
selama tujuh tahun.
Tak hanya itu, kata Kristina, fungsi
terumbu karang sebagai pemecah gelombang atau pelindung pantai juga hilang.
''Hal ini berdampak ekonomi biaya tinggi karena perlu membangun tembok pemecah
gelombang sepanjang pantai,'' tegasnya.
Tim dari Kupang ini juga meyakini,
perusakan terumbu karang juga berdampak pada ekologi terhadap ekosistem darat,
yaitu pengrusakan hutan. Pasalnya, kegiatan membakar kapur juga berdampak pada
ekosistem darat dengan menggunakan batang kayu yang berdiameter rata-rata 15-30
cm sebagai bahan bakar. ''Maka dipastikan hutan semakin gundul yang bisa
menimbulkan bencana kekeringan, banjir, erosi, longsor, dan pemanasan global,''
jelasnya.
Hasnia staf pada Balai Konservasi Sumber
Daya Alam (BKSDA) Propinsi NTT yang ditemui Stan Dinas Kehutanan Propinsi-pada
Pameran Pembangunan pertengahan Agustus lalu mengatakan, hasil survei yang
dilakukan lembaga tersebut menempatkan perilaku manusia sebagai penyebab utama
kerusakan lingkungan laut. Menurutnya, sebagian besar masyarakat NTT yang
memanfaatkan laut belum memahami potensi dan manfaat kekayaan laut. Banyak
nelayan yang menggunakan bom dan aneka racun yang secara langsung merusak
terumbu karang.
Eksploitasi hasil laut secara sacara
seperti mengambil karang laut juga merupakan bentuk pengrusakan biota laut.
"Karang merupakan rumah ikan sekaligus sumber makanan bagi ikan, sementara
karang membutuhkan waktu sangat lamah untuk tumbuh dan berkembang,"
jelasnya.
Membuang Sampah, Merusak Lingkungan Laut
KERUSAKAN biota laut juga akibat
perilaku manusia sehari-hari seperti membuang sampah di laut. Bapeldada
NTT menyebutkan, membuang sampah baik sampah organik maupun organik berpotensi
merusak lingkungan laut sebab berbagai aneka jenis sampah tersebut tidak
lansung terurai.
Dibutuhkan waktu bertahun-tahun agar
sampah tersebut terurai. Beberapa contoh sampah yang membutukan waktu lama
untuk terurai antara lain kulit pisang membutuhkan waktu 2 tahun, puntung rokok
1 hingga 5 tahun, kain nilon atau jaring membutuhkan waktu 30 hingga 40 tahun,
bahan kulit mebutuhkan waktu 50 tahun, kaleng alumanium sekitar 80 hingga 100
tahun, botol kaca sekitar 1 juta tahun, kantong plastik sekitar 20 hingga 1.000
tahun sementara botil plantik tidak dapat diperkirakan.
gambar-gambar terumbu karang yang rusak dan penyebab
kerusaakan terumbu karang
0 comments:
Posting Komentar